Minggu, 23 September 2012

Derai-derai Cemara


Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

1949
 

~Chairil Anwar

This Time


by : Jonathan Rhys Meyers


Tonight the sky above
Reminds me how to love
Walking through wintertime, the stars all shine
The angel on the stairs
Will tell you I was there
Under the front porch light
On the mistery night

I’ve been sitting, watching life pass from the sidelines
Been waiting for a dream to seep in through my blinds
I wondered what might happen if I left this all behind
Would the wind be at my back
Could I get you off my mind
This time
 
The neon lights and bars
And headlights from the cars

Started a symphony surrounding me
The things I left behind
Have melted in my mind
And now there’s a purity inside of me

I’ve been sitting, watching life pass from the sidelines
Been waiting for a dream to seep in through my blinds
I wondered what might happen if I left this all behind
Would the wind be at my back
Could I get you off my mind
This time

I’ve been sitting, watching life pass from the sidelines
Been waiting for a dream to seep in through my blinds
I wondered what might happen if I left this all behind
Would the wind be at my back
Could I get you off my mind
This time

Jumat, 21 September 2012

Takut



Akulah Riko, wanita mana yang tak mengenalku? Ika, Lita, Maria, Nina, Kiki, raisya, Hani, Lusi, Lani, Siska, ah aku lupa yang mana lagi. Akulah Riko, yang menyukai banyak wanita, kedipanku sukar dibantah kornea wanita.
Menyingkirlah sana cerita sedihku,aku tak ingin lagi kicauan burung itu menjadi abjad lara yang mengubur, merajam, menerkam setiap kelakar.

Aku ingin wanita, aku ingin lupa...
Tolong tuliskan Tuhan, tulis kan cerita cinta terindahku pada salah satu wanita yang kusebut namanya itu.
Tolong bantu aku Tuhan, untuk membagi-bagikan seluruh rasa cinta kepada mereka semua,
hingga tak tersisa lagi, hingga kosong.
Lihatlah Mirat, aku sudah memacari banyak wanita.
Lihatlah Mirat, aku sudah berdoa pada Tuhan. Tuhan pasti membantuku.
Mirat, dirimu hanyalah kumpulan jalang yang tak sengaja kulihat. kau pergi saja!

Benar 'kan Kau akan membantuku, Tuhan?
Benar 'kan Kau akan merajut setiap doaku?
Benar 'kan kalau si Mirat itu memang jalang?
Benar 'kan kalau cintaku akan Kau bagi-bagikan?
Jawab Tuhan, karena aku takut mencintai si Mirat selamanya....

Senin, 17 September 2012

Puisi di halaman awal Supernova (1)


Engkaulah getar pertama yang meruntuhkan gerbang tak berujungku
mengenal hidup
Engkaulah tetes embun pertama yang menyesatkan dahagaku
dalam cinta tak bermuara
Engkaulah matahari firdausku yang menyinari kata pertama
di cakrawala aksara

Kau hadir dengan ketiadaan. Sederhana dalam ketidakmengertian
Gerakmu tiada pasti. Namun, aku terus disini.
Mencintaimu..

Entah kenapa..


  Dewi 'Dee' Lestari




17 September 2012 ini umur saya 17 tahun lebih, dan novel ini adalah novel terhebat selama 17 th lebih saya hidup.

Kisah Monokrom


Sama kayak Bondan Prakoso, aku juga mencari kira-kira kata apa yang tepat untuk protes terhadap waktu. Mengapa kali ini semenit seperti selamanya? Ah, Einstein sialan, mengapa ia harus mengatakan bahwa waktu itu relatif, membuatku semakin menyadari bahwa waktu memang benar-benar relatif, apalagi saat memandangi kursi taman tempat kau menepi. Juga sekaligus tempat yang kau putuskan atau bahkan kau pesan khusus untuk mengucapkan kata perpisahan yang menyibak dan menggulai segala emosi di kening pelontosku...

Sayang, aku tak bisa memilih kepada siapa aku harus jatuh cinta. Nyatanya, mencintaimu tak kunjung berujung apa akhir.
Apakah cinta selucu ini? aku duduk di kursi lantas aku menonton pagelaran dramatis dimana kau pergi, dan aku hanya menonton tanpa kuasa kutahan karena angin terlalu kencang. atau karena aku lupa akan skenarionya?
Setalah kita melawan segala norma, berlari ketempat tak bernama, bahkan mencari buah khuldi agar Tuhan menerbangkan kita ke gugusan yang lain, hanya untuk mewujudkan cerita cinta yang orang-orang katakan tak wajar, dan tidak akan wajar. Tapi mau bagaimana lagi? Aku yang terlahir sebagai lelaki dan Tuhan seolah melarangku untuk mencintai mahluk bernama perempuan, dan sialnya lagi katanya aku tak boleh menyalahkan-Nya.Bukankah ini sudah menjadi hakku, Tuhan?
Satu suara dering sms yang sebenarnya tak ingin kudengar namun telah terlanjur berdering. Satu nama yang sedang kulamunkan tadi mencul di layar hp monokrom jaman kompeni..

"Sedikit demi sedikit aku sudah bisa mencintai wanita. semoga kau juga dapat melakukannya :)  "


"Aku turut bahagia John" lirihku

Jagung, Susu, Keju dan Pohon Ketapang

Jika tidak bisa disebut deras, rintik hujan kali ini gerombolan memukul-mukul tanah. Sewajarnya tak ada yang bermain-main di bawah kawanan rintik itu. Ah, lihatlah pemuda itu, menjadi pengecualian bagi mahluk-mahluk sebangsanya yang memilih sembunyi di ruangan. Lagi-lagi disana, di bawah pohon ketapang ; tempat mang Udin biasanya mangkal. Tapi sekarang si mang tak sedang mangkal, namun pemuda itu seolah menunggu hidangan di patilasan mang Udin itu.

apa yang kulakukan?

 Ia pun sebenarnya getir dan nanar melihat dirinya sendiri, tak mengerti apa yang ia lakukan, yang bahkan telah menjadi rutinitasnya belakangan ini. Membeli jasuke garapan mang Udin, duduk di bawah pohon ketapang yang teduh, dan hanya memakan jasuke sebagian, sebagiannya lagi ia biarkan, berharap sang Pemudi tiba-tiba datang dan menyambarnya dengan lahap. Atau di makan bersama, dengan sendok bekas air liur berdua. Ah, mesra sekali..

Bukankah itulah yang biasa kita lakukan?

Kini tidak lagi, si pemudi pergi dengan badai yang tak pernah ia ceritakan, menimbulkan luka di semua bagian bagi sang Pemuda. Sampai akhirnya si Pemuda tahu, bahwa janur kuning itu tak bisa lagi diluruskan.

Apa kau bahagia?

Hujan tak bertangkai terus merajam, menyakiti hati yang tak bertuan, bukan cuma derasnya,tapi juga lantunan lagu melow yang dikidungkan. menyayat hati selapuk debu, si Pemuda ingin pulang, tapi entah ke hadirat yang mana

Selasa, 11 September 2012

Aku melihatmu sebelum cahaya


Embun pagi, membasahi daun-daun dini hari, sama beningnya seperti basuhan air wudhu yang kerap hadir selepas kau iringiku menjelajahi malam tanpa gelap.
Embun pagi, menjadi pasangan serasi bagi hari yang masih berupa embrio.
Embun pagi, itu kamu.
"Selamat pagi..." itu kata pertamamu mengiringi embun pagi membentang. Hey, tak ada yang lebih syahdu dibanding seringaimu saat mengucapkannya, yang tentu saja masih dengan mentega yang menempel.
"kemana kau pergi cinta?" sapaku pagi itu.
"tentu saja ke tempat yang dapat kulihat"

Haha. aku tau tempat itu adalah aku. Jika memang kita tidak boleh membenci Tuhan yang tak mengijinkan kita untuk dapat melihat inti hidup, maka aku ingin Tuhan merencanakan hal diam-diam agar kami mampu melihat satu sama lain meski dihembusan cahaya.
Sebelum cahaya aku dapat melihatmu, menemanimu dengan cahayaku sendiri.
Sebelum cahaya engkau pun ada, bahkan membuatku merasakan embun pagi meski di siang hari.
Sebelum cahaya embun itu sudah beningkan? meski aku dan kamu tak pernah diijinkan melihat gemerlap mentari..
"aku mencintaimu" itu kata terakhir sebelum aku menyelamimu di mimpi yang tak pernah punya alasan untuk tak memimpikanmu.

Sabtu, 08 September 2012

Aku pun


apa kau tau? aku pun merasakan apa yang kamu rasakan. ya, sungguh merasakan. Benar-benar merasakan.
Debur itu, debur yang tak perlu pantai...
Deru itu, deru yang tak perlu peluru..
Sumringah itu..
Kehangatan bersama salju..
Ya, aku merasakannya

Pengharapan itu, yang tak sesak tapi juga tak kosong
Kau juga jengkel kan menghadapinya?
Demikian aku yang disini

Kasih itu, kasih yang sering menjebak kita dalam suasana yang mengharuskan kita untuk senyum-senyum sendiri
sekaligus meracuni imti hati saat ia menghadapkannya pada kenyataan..
Dimana kebenaran? bukankah samar terlihat?
aku pun demikian, aku pun bertanya
berharap jawaban datang tanpa dipersilahkan

ya, aku  juga merasakannya
Kau terhadapku
Aku terhadapnya
dia terhadap enta siapa...


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More