Sabtu, 25 Agustus 2012

Semut hitam

Ada semut hitam di kerudung putihmu
Mengganggu, membuatku iri

Sampai juga ia di ubun-ubunmu
Membuatku iri

Sempat ia menyenggol rambutmu yang menyembul lewat celah-celah
Membuatku iri

Jengkel saat menyadari ia mampu menyentuh bagian fitrahmu
Membuatku iri, (pada semut?)













21-01-2012
Dibuat tepat dibelakang si pendiam yang diam-diam tak bisa diam

Jumat, 24 Agustus 2012

(Judulnya)

Oleh : Siti Hardianti Rukmana

Kau adalah nyawa dalam hidupku
Bayang semu bagi kilat mataku
Demi langkah yang terpacak
Demi harapan dan keinginan
Kau, waktu

Hari ini, kau sudutkan aku dalam dimensimu
Tetaplah hinggap dan mengeram dalam nadiku
Hanyut bersama iringan darahku
Sesungguhnya matiku-waktu, ada di tanganmu

Maka ijinkan aku menyelamimu
Mengerti keberadaanmu
Bukan hanya sekedar menikmatimu
Waktu, ijinkan aku...




Resensi : Sentuh hati dari dua sisi



Judul : Rectoverso
Penulis : Dewi Lestari
Cetakan : Juli 2008
Jenis Buku : Fiksi
Tebal buku : xiii + 148 halaman
ISBN : 978-979-96257-4-8

Dewi Lestari Simangunsong yang akrab dipanggil Dee lahir di Bandung, Jawa Barat, 20 Januari 1976  adalah seorang penulis dan penyanyi asal Indonesia.Merupakan alumnus SMA Negeri 2 Bandung dan Lulusan jurusan Hubungan Internasional Universitas Parahyangan ini awalnya dikenal sebagai anggota trio vokal Rida Sita Dewi. Sejak menerbitkan novel Supernova yang populer pada tahun 2001, ia juga dikenal luas sebagai novelis
.
Sebelum Supernova keluar, tak banyak orang yang tahu kalau Dee telah sering menulis. Tulisan Dee pernah dimuat di beberapa media. Salah satu cerpennya berjudul "Sikat Gigi" pernah dimuat di buletin seni terbitan Bandung, Jendela Newsletter.  Tahun 1993, ia mengirim tulisan berjudul "Ekspresi" ke majalah Gadis yang saat itu sedang mengadakan lomba menulis dimana ia berhasil mendapat hadiah juara pertama. Tiga tahun berikutnya, ia menulis cerita bersambung berjudul "Rico the Coro" yang dimuat di majalah Mode. Bahkan ketika masih menjadi siswa SMU 2 Bandung, ia pernah menulis sendiri 15 karangan untuk buletin sekolah.

Novel pertamanya yang sensasional, Supernova Satu : Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh, dirilis 16 Februari 2001. Novel yang laku 12.000 eksemplar dalam tempo 35 hari dan terjual sampai kurang lebih 75.000 eksemplar ini banyak menggunakan istilah sains dan cerita cinta. Bulan Maret 2002, Dee meluncurkan “Supernova Satu” edisi Inggris untuk menembus pasar internasional dengan menggaet Harry Aveling (60), ahlinya dalam urusan menerjemahkan karya sastra Indonesia ke bahasa Inggris.

Sukses dengan novel pertamanya, Dee meluncurkan novel keduanya, Supernova Dua berjudul "Akar" pada 16 Oktober 2002. Novel ini sempat mengundang kontroversi karena dianggap melecehkan umat Hindu. Umat Hindu menolak dicantumkannya lambang OMKARA/AUM yang merupakan aksara suci BRAHMAN Tuhan yang Maha Esa dalam HINDU sebagai cover dalam bukunya. Akhirnya disepakati bahwa lambang Omkara tidak akan ditampilkan lagi pada cetakan ke 2 dan seterusnya.

Pada bulan Januari 2005 Dee merilis novel ketiganya, Supernova episode PETIR. Kisah di novel ini masih terkait dengan dua novel sebelumnya. Hanya saja, ia memasukkan 4 tokoh baru dalam PETIR. Salah satunya adalah Elektra, tokoh sentral yang ada di novel tersebut.

Lama tidak menghasilkan karya, pada bulan Agustus 2008, Dee merilis novel terbarunya yaitu RECTOVERSO yang merupakan paduan fiksi dan musik. Tema yang diusung adalah Sentuh Hati dari Dua Sisi. Recto Verso-pengistilahan untuk dua citra yang seolah terpisah tapi sesungguhnya satu kesatuan. Saling melengkapi. Buku RECTOVERSO terdiri dari 11 fiksi dan 11 lagu yang saling berhubungan. Tagline dari buku ini adalah Dengar Fiksinya, Baca Musiknya. Website khusus mengenai ulasan buku RECTOVERSO ada di www.dee-rectoverso.com

Pada Agustus 2009, Dee menerbitkan novel Perahu Kertas. tahun 2012 dewi kembali menuliskan novel lanjutan serial supernova yang berjudul PARTIKEL, dengan tokoh utama Zarah.

            Dee begitu cantik menata kraetifitasnya lewat buku yang berjudul Rectoverso. Dee mengawinkan dua unsur yang tak pernah dikawinkan sebelumnya, yakni antara tulisan dan lagu yang dikemas berupa buku dan audio CD. Dalam bukunya Rectoverso terdapat 11 cerita pendek dan 11 lagu, dibuat seolah terpisah antara lagu dan cerpen namun sesungguhnya keduanya merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan.

“Cintanya adalah paket air mata, keringat, dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal bagi seseorang”. Itu adalah secuil kalimat pada salah satu cerpen yang berjudul Malaikat Juga Tahu. Bercerita tentang si abang dengan keterbatasan mentalnya namun mempunyai cinta yang begitu tulus dan besar pada salah soerang gadis kos di rumahnya, satu-satunya perempuan yang dikirimi surat cinta oleh si abang. Namun si perempuan lebih memilih si adik yang sehat fisik dan mental, si perempuan tidak memedulikan perkataan bunda yang menilai cinta si abang akan lebih tulus, lebih besar dan mencintainya tanpa pilihan.

“Karena kau tak lihat terkadang malaikat  tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan”. Itu adalah cuplikan lirik lagu yang sepaket dengan cerpennya. Dan kami pikir cuplikan lirik tersebut merupakan salah satu pesan dari cerpennya. Ya, tanpa disadari terkadang malaikat adalah orang-orang disekitar kita.

Kumpulan cerpen dalam buku Rectoverso merupakan olahan kata dengan segala estetika dan kedalaman pikiran yang dipunyai oleh Dewi Lestari, mengisi etalase-etalase hati namun tidak membuatnya sesak, memberi rongga untuk membuat kita para pembaca menghayati setiap jengkal isi cerita. Mengembangkan cerita sehari-hari namun diracik oleh bumbu-bumbu kemegahan kata sehingga menimbulkan cita rasa yang tak biasa.

Namun, kemegahan bahasa tersebut akan menjadi hambatan bagi seorang yang awam akan pengetahuan verbal. Pesan yang hendak disampaikan pun akan sedikit tersendat.

Rectoverso ibarat dua sisi mata uang, yang terlihat berdiri sendiri-sendiri namun sebenarnya merupakan satu-kesatuan. Hibrida istilah biologinya, mengawinkan silang dua dunia yang menghasilkan sebuah karya cerdas.  Rectoverso menyuguhkan seni sastra yang tak biasa.

Selasa, 21 Agustus 2012

Barang kali Cinta

oleh : Dewi 'Dee' Lestari

Barangkali cinta… jika darahku mendesirkan gelombang yang tertangkap oleh darahmu dan engkau beriak karenanya. Darahku dan darahmu, terkunci dalam nadi yang berbeda, namun berpadu dalam badai yang sama.

Barangkali cinta… jika napasmu merambatkan api yang menjalar ke paru-paruku dan aku terbakar karenanya. Napasmu dan napasku, bangkit dari rongga dada yang berbeda, namun lebur dalam bara yang satu.

Barangkali cinta… jika ujung jemariku mengantar pesan yang menyebar ke seluruh sel kulitmu dan engkau memahamiku seketika. Kulitmu dan kulitku, membalut dua tubuh yang berbeda, namun berbagi bahasa yang serupa.

Barangkali cinta… jika tatap matamu membuka pintu menuju jiwa dan aku dapati rumah yang kucari. Matamu dan mataku, tersimpan dalam kelopak yang terpisah, namun bertemu dalam setapak yang searah.

Barangkali cinta… karena darahku, napasku, kulitku, dan tatap mataku, kehilangan semua makna dan gunanya jika tak ada engkau di seberang sana.

Barangkali cinta… karena darahmu, napasmu, kulitmu, dan tatap matamu, kehilangan semua perjalanan dan tujuan jika tak ada aku di seberang sini.

Pastilah cinta… yang punya cukup daya, hasrat, kelihaian, kecerdasan, dan kebijaksanaan untuk menghadirkan engkau, aku, ruang, waktu, dan menjembatani semuanya demi memahami dirinya sendiri.

Kamis, 16 Agustus 2012

Bertanya?


apa yang disalahkan pagi atas kehadirannya?
apa yang disalahkan langit atas kepalsuannya?
apa yang disalahkan kiasan atas dramatisnya?

siapa yang disalahkan perindu atas setianya?
siapa yang disalahkan duri atas tajamnya?
siapa yang disalahkan api atas sengatnya?

bertanya tapi makna yang mana?

jika hidup ini tentang seberapa baik kita dalam bertanya, maka biarlah apa-apa yang hidup itu bertanya.
Sedang cintaku mati, ia tak bertanya apalagi meminta
Terkapar di sudut sauh terbakar



-ivan-

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More