Rabu, 25 Desember 2013

Orange Jus, Batang-Batang Padi, dan Kamu

Pagi hari, menjadi awal bagi naskah semesta untuk memainkan jalan ceritanya.
Pagi hari menawarkan romantisme melalui langit berwarna orange jus bagi sesiapa saja yang syahdu karenanya
Pagi hari, menjadi latar dari kenangan

Sujiwo tejo memberi nasehat halus mengenai pagi. Pagi menjadi kenangan bukan karena pagi, kata Tejo, tapi bersama siapa kita di pagi hari itu
Dan di pagi itu, aku bersamamu mengayuh sepeda
Berasama-sama mengawali naskah semesta di bawah kucuran langit orange jus
Sunyi absen kala itu, orkestra batang-batang padi menjadi irama bersama kayuhan pedal

Kemudian di jalan menanjak kita berhenti sejenak. Saling tertawa dan saling menuduh siapa yang paling kecapean
Aku iri pada pagi itu, pagi yang sudah tergembok pada etalase-etalase waktu
Andai saja aku dapat memainkan naskah yang sama. Andai saja...

Tapi tenang saja, Kasih, aku akan menemuimu pada suatu pagi
Biar saja tanpa langit berwarna orange jus, biar saja tanpa irama batang-batang padi dan kayuhan pedal
Karena senyummu saja sudah sangat puitis dan mematahkan prase-prase semesta...

gambar : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghsjpb_pnwuzBjbQ4Zuzw8LlMLCPgrR6MEWcHi-V2s5ns362_8IGNGQlS0BxJTb0yFErTFlkfRMZRvILUUZcXnjZw7URpAr09A-LbwMJEK_pQK_t8_pZta1sT_HxgY5hWZCdpVUDKfq_Y/s1600/jenny+juno+-+4.jpg

Senin, 23 Desember 2013

Sederhana

Laron-laron di tengah gerimis ini membawa ingatanku padamu

Pada malam itu, kamu ingat? Saat kita sama-sama berada di tanah antah berantah, duduk sama rendah di atas belukar, dan mungkin kita juga melihat bintang yang sama di antara rinai bintang waktu itu. Dengan iseng aku mencari maknamu, dan kau memang ada, tak terhalang oleh angin asap yang menyembur dari perapian bekas membakar ikan.

Ada kasih menjelma bersama rintiknya

Kemudian kau menuliskan sesuatu tentang hujan dan hidup, yang sampai sekarang pun aku tak pernah bisa menjadi apa yang kau tuliskan. Mungkin karena rasaku ini terlampau sederhana, sesederhana tulisan yang kutulis pagi harinya.

Bila sajak yang sederhana adalah sajak yang paling indah. Maka sajakku akan sederhana,
'Aku mencintaimu'

Menjengkelkan

Ini memang saatnya menulis. Ada rindu yang tertahan, ada sakit yang menganga, ada cinta yang selalu ingin memberi, bahkan ada benci yang ingin sekali kututupi. Kesemuanya itu menyatu hingga menghasilkan rasa yang tak terdifinisi. Ini menjengkelkan, bukan?

Memberikan kunci hati pada seseorang kadang bukanlah hal yang baik. Orang itu bisa membuka mozaik-mozaik hati sesukanya, membuka bagian hati yang paling sensitif pun dia bisa. Memberi kesempatan padanya untuk mengorek, mengubek-ngubek, menggulai, meracuni, ah semuanya, sesukanya.

Tapi sulit sekali menghindarinya karena katanya satu-satunya yang berhak jatuh hanyalah hati. Dan hatiku sudah jatuh padamu. Entah sejak kapan.

Minggu, 22 Desember 2013

Omong Kosong

Jika memang benar semuanya ini adalah omong kosong. Maka semua kata omong kosongmu semakin membuatku tak berdaya. Omong kosongmu kunikmati seolah menikmati nada-nada senja yang seirama dengan butir gerimis berjatuhan. Omong kosongmu seperti tong kosong yang merdu bunyinya.

Memang benar kau tidak perlu bersusah payah berpura-pura mencintaiku. Memang benar, ruang kosong dalam omong kosong itu hanya terisi oleh kehampaan. Hambar. Tapi entah senyawa apa yang membuatku menikmati semua omong kosongmu tanpa harus bersusah payah berpura-pura menikmatinya. Entah cinta seperti apa yang kumiliki sampai-sampai semua omong kosongmu membuatku tersenyum-senyum sendiri. Dan entah kenapa omong kosongmu mampu mengisi ruang-ruang kosong di belantara hati yang mendamba.

Ada yang belum kuketahui secara pasti tentang omong kosongmu. Aku tak tahu seberapa kosong omong kosongmu itu. Aku juga tak tahu persentase makna dalam omong kosongmu. Namun, bagian hati yang mendamba untuk dikasihi selalu penuh harap agar omong kosongmu suatu saat nanti menjelma menjadi sinonim dari segala definisi cinta.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More