Rabu, 30 Oktober 2013

Niscaya

Share this history on :

Sebagai sebuah keniscayaan, hidup sepertinya terlalu baik padaku. Tapi apa bisa kutapaki hidup yang tak baik-baik saja? Ada yang menggeleng dalam dada ini atas pertanyaan itu. Padahal, dalam omong kosongku selalu kusemaikan berada dalam nadir kehidupan. Padahal, dalam bentuk-bentuk ambisiku selalu kubanggakan omong kosongku itu. Tapi nyatanya, kenyataan tak berpihak pada omong kosongku. Aku mungkin tak berhasil membawa diriku pada nadir kehidupan seperti yang diceritakan omong kosongku itu, lalu pada siapa aku harus minta maaf?
Apa pernah kau merasa semesta begitu mendukungmu? Aku pernah, selalu malahan. Tapi kenapa kok akhri-akhir ini aku merasa dukungan semesta itu justru menjungkalkanku perlahan-lahan. Dibuai olehnya, dimanja-manja senja, hingga lupa seberapa gelapnya kala malam.
Ini seperti sebuah pertunjukan yang tak pernah kutahu pada siapa aku harus meminta naskahku. Lekukan episode ini membingungkanku menjadi sebuah misteri yang menggelikan, atau mengerikan?

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More