Kamis, 29 Maret 2012

KAMI BERTIGA

Oleh :
Sapardi Djoko Damono

  



dalam kamar ini kami bertiga :
aku, pisau dan kata --
kalian tahu, pisau barulah pisau kalau ada darah di matanya
tak peduli darahku atau darah kata
 

Minggu, 11 Maret 2012

Sonet 12

Perjalanan kita selama ini ternyata tanpa tanda baca,
tak ada huruf kapital di awalnya. Yang tak kita ingat
aksara apa. Kita tak pernah yakin apakah titik mesti ada;
tanpa tanda petik, huruf demi huruf berderet rapat –

dan setiap kali terlepas, kita pun segera merasa gerah lagi
dihimpitnya. Tanpa pernah bisa membaca ulang dengan cermat
harus terus kita susun kalimat demi kalimat ini –

tanpa perlu merisaukan apakah semua nanti mampat
pada sebuah tanda tanya. Tapi, bukankah kita sudah mencari
jawaban, sudah tahu apa yang harus kita contreng
jika tersedia pilihan? Dan kemudian memulai lagi
merakit alinea demi alinea, menyusun sebuah dongeng?

Tapi bukankah tak ada huruf kapital ketika kita bicara?
Bukankah kisah cinta memang tak memerlukan tanda baca?


-Sapardi Djoko Damono-

Kau, aku dan sepucuk angpau merah

Judul buku : Kau,Aku,dan Sepucuk Angpau Merah
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia
ISBN : 978-979-22-7913-9
Jumlah halaman : 507
Tahun terbit : Januari 2012





Aduh cinta, memang sulit menemukan kata 'habis' saat membahas kata 'cinta'. Ini juga cinta, kisah cinta yang diangkat dari kesederhanaan. kesederhanaan pribadi, kesederhanaan laku langkah, serba sederhana sehingga membuat novel ini begitu megah. Pesan agung yang terselip dalam novel ini bahkan berpangkal dari kesederhanaan.
Ini juga cinta. ada luka yang menganga, ada debar yang berderu, ada rindu yang menggelitik, tentu ada perjuangan khas cinta. Jadi, bersiaplah untuk jatuh cinta lagi.
'Ya, cinta itu macam musik yang indah. Bedanya, cinta sejati akan membuatmu tetap menari meskipun musiknya telah lama berhenti' (Pak Tua)

Sabtu, 10 Maret 2012

SAJAK TELUR

Oleh :
Sapardi Djoko Damono


dalam setiap telur semoga ada burung dalam setiap burung
semoga ada engkau dalam setiap engkau semoga ada yang senantiasa terbang menembus silau matahari memecah udara dingin
memuncak ke lengkung langit menukik melintas sungai
merindukan telur
 
 
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.

Selasa, 06 Maret 2012

Kepada Mata Pisau dan menetes daripadanya

(Kala bermimpi menjangkau permata adalah Niskala)

Sudah serimba daya
Menelan bara
Luka menganga
Sembilu!

Daku, lalat tergenang sampah
Terkikis tergilas!
Terinjak terhempas!

Sauh pekik, tak perduli lagi
Mana kawan, mana lawan
Tiada abadi

Maka berontaklah!
Mari berperang serigala!
Dan berburu...

Di jalanan aku belajar
Melempar dadu
Tanggung jawab dan realita
Juga kesahajaan
Adalah seutuh manusia-Pria

Dari balik kayu hujan senja
Kopi ini, segelas bersama
Dan ucap syukur
Di gerayang air air mata

Sedang seberang
Kamu cuap berkoar
Berkobar

Aku jadi berteman diam
Menerawang langit
Bakti-Pengabdian
Setinggi nama manusia

Lalu kutanya letak caya?
(Iman) di dada mereka

..

Kini
Bersandar sunyi
Memanggil sketsa kematian


Egi Fikri Ardian
20.10.2010

MALAM DI PEGUNUNGAN

Aku berpikir: Bulan inikah yang membikin dingin,
Jadi pucat rumah dan kaku pohonan?
Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin:
Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!


1947

Minggu, 04 Maret 2012

Jalan Segara

Di sinilah penembakan
Kepengecutan
Dilakukan

Ketika pawai bergerak
Dalam panas matahari

Dan pelor pembayar pajak
Negeri ini

Ditembuskan ke pungung
Anak-anaknya sendiri


1966

Pohon Belimbing

Sapardi Djoko Damono

                Sore itu kita berpapasan dengan pohon belimbing wuluh
yang kita tanam di halaman rumah kita beberapa tahun yang
lalu, ia sedang berjalan-jalan sendirian di trotoar. Jangan
kausapa, nanti ia bangun  dari tidurnya.
                Kau pernah bilang ia tidak begitu nyaman sebenarnya
di pekarangan kita yang tak terurus dengan baik., juga karena
konon ia tidak disukai rumput di sekitarnya yang bosan
menerima buahnya berjatuhan dan membusuk karena kau
jarang memetiknya. Kau, kan, yang tak suka sayur asem?
                Aku paham, cinta kita telah kausayur selama ini tanpa
Belimbing wuluh; Demi kamu, tau! Yang tak bisa kupahami
adalah kenapa kau melarangku menyapa pohon itu ketika
ia berpapasan dengan kita di jalan. Yang tak akan mungkin
bisa kupahami adalah kenapa kau tega membiarkan pohon
belimbing wuluh ity berjalan dalam tidur?
                Kau, kan, yang pernah bilang bahwa pohon itu akan jadi
Tua juga akhirnya?

Sabtu, 03 Maret 2012

Hujan Bulan Juni

Oleh : Sapardi Djoko Damono

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu



Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More