Selasa, 06 September 2011

Cerdik, Licik dan Picik serta Hubungannya dengan Topeng

Share this history on :

Cerdik, licik dan picik adalah salahtiga (bukan salahsatu) dari sekian banyak sifat manusia. Hampir tidak terlihat perbedaan dari ketiga sifat tersebut, karena ketiga sifat tersebut sama - sama menggunakan topeng untuk mengaplikasikannya (lo?).  percaya tidak percaya, sementara harus percaya dulu. Oke deh mari bahas!!
                Cerdik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah : cepat mengerti dan pandai mencari pemecahan, panjang akal. Yapz,tak ada keraguan atasnya, pun tak ada keraguan bawahnya. Lalu apa hubungannya dengan topeng? Orang cerdik tentu mempunyai topeng, topengnya bisa lebih dari 2. Namun orang cerdik ini sangat pandai menggunakan topengnya, ia dapat menyesuaikan topeng yang ia pakai dengan situasi yang sedang terjadi. Ia tau kapan harus memakainya dan kapan ia harus melepasnya. Ia juga tau topeng apa yang harus ia pakai. Dengan kata lain, ia dapat memainkan banyak peran, dan ia tau peran apa yang harus ia lakoni dalam berbagai keadaan.
                Selanjutnya ada licik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia licik berarti : banyak akal yang buruk ; pandai menipu ; culas ; curang. Licik dan cerdik sama - sama banyak akal, sama – sama pandai dan sama – sama mempunyai banyak topeng. Hanya saja, orang licik menyalahgunakan topeng yang ia punya,  ia lebih cenderung memakai topeng untuk keinginannya sendiri, memakai topeng untuk memanipulasi banyak orang. Dan pada saat – saat tertentu ia akan sangat mengerikan.
                Dan yang terakhir adalah picik. Picik sendiri dalam KBBI adalah : tidak luas (pengetahuan); hemat ; tidak lebar. Tak ada keraguan atasnya, hanya saja saya ragu dengan bawahnya. Picik yang saya ketahui berdasarkan yang berkembang di masyarakat maknanya bahkan lebih jahat dari licik. Oke deh, percaya tidak percaya, untuk sementara mah percaya saja. Orang picik ini saya sebut bukan menggunakan topeng lagi, lalu apa yang ia kenakan? Ia memakai helm (tidak SNI) hitam yang bisa menutupi wajahnya sekaligus untuk MELINDUNGI DIRINYA SENDIRI. Bahkan terkadang, ia menempelkan beberapa kaligrafi di kaca helmnya sehingga semakin samarlah orang – orang melihat wajah aslinya. Ia dapat memanipulasi (menghasud) banyak orang sampe –sampe orang itu mau melakukan kejahatan, sementara si picik tak tercium kejahatannya. (waw)
                Kita masuk ke golongan yang mana? Kalo saya sih sudah mencoba semuanya,hahaha. Semuanya bentuk pembelajaran, bentuk baku dari ahlak kita akan tercipta saat kita mati, saat orang – orang mengenang kita. Dan pertanyaannya, orang – orang akan mengenang kita seperti apa saat kita meninggal?  Dan mungkin kenangan itulah yang menjadi bentuk baku atau bentuk akhir dari ahlak kita. Wallahu'alam

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More