Sabtu, 24 September 2011

Jangan sepelekan Niat!!

Share this history on :


Dalam sebuah forum pesantren kilat, disana saya sebagai peserta, dan pemateri sedang menjelaskan tentang rukun shalat. ‘nomor pertama dalam rukun shalat adalah niat, aah bisa ya niat mah ya, gampang deuh niat mah’, begitu bahasan pertama pemateri.
                Jangan salah, jika niat tidak sesuai prosedur, maka shalat sekhusuk apapun akan tergerai sia – sia. Tidak salah jika Rasulullah mengatakan, ‘sesungguhnya segala perbuatan itu harus dilakukan dengan niat, dan sesungguhnya setiap orang itu membuahkan apa yang diniatkannya’.
                Lalu bagaimana prosedur niat yang benar? Dan beginiah kitab Safinatunnaja berbunyi, “anniatu qosdusyaii muktaronan bi fi’lihi wa mahaluhalqolbu wa talafudu biha sunnatun wawaktuha ‘ingdalgusli awali juz in minal wajhi”. mari bahas perkata, tapi dalam versi Sunda ya. Anniatu (ari ngaran niat) qosdusyaii (eta migawe hiji perkara)  muktaronan (barina dibarengan) bi fi’lihi (ku migawana itu perkara) wa mahaluha (jeung ari tempatna niat) alqolbu (eta dina hate) wa talafudu (jeung ari ngucapkeunana) biha (kana itu niat) sunnatun (eta sunah) wawaktuha (jeung ari waktuna niat) ‘ingdalgusli awali juz in (eta nalika ngumbah hiji juz) minal wajhi (tina raray).
                “Niat saya Puasa esok hari dalam melaksanakan keparduan di Bulan Ramadhan tahun ini, bulan ini, menuruti perintah Allah dan perintah Rasulullah”. dengan lantang kita mengucapkannya di Mesjid sebelah lalu keesokan harinya puasa full, bahkan lidah, mata, dan kelakuannya ikut berpuasa. Sudah sempurnakah? Apakah sah puasanya? Dan ternyata tidak. Sudah jelas bila tempatnya niat adalah di dalam hati, sedang pengucapannya hanyalah sunah. Sebagus apapun puasanya, selantang apapun pengucapan niatnya, tapi bila hati tidak ikut melapalkan niat itu, maka musnah semua meski amalan itu hebat.
                “Bari dibarengan ku migawena itu perkara”. Artinya, niat itu pembuka, kelakuan yang dilakukan untuk mengawali kegiatan. Dalam kitab Safinatunnaza dicontohkan dalam aktivitas berwudhu, yaitu ketika kita membasuh muka pada basuhan pertama maka disitulah dibarengi niat dalam hatinya. Loh bukannya wudhu diawali dengan kumur – kumur? Memang. Tapi kumur – kumur tidak termasuk Pardu Wudhu, begitupun dengan membasuh hidung, hukum berkumur dan membasuh hidung adalah sunah. Jadi, pada hakekatnya Wudhu diawali dengan membasuh muka.
                Mari sama – sama menyempurnakan amalan, awali aktivitas baik kita dengan niat jernih, maka InsyaAllah, kita akan memperoleh buah dari yang kita niatkan. Wallahu’alam bishawab..

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More