Senin, 10 Oktober 2011

Ilmu Psikologi Haram Dipelajari??

Share this history on :


Sambil menambah wawasan sekaligus menetralkan pemikiran yang terlanjur terkontaminasi oleh media-media nasionalis, saya lantas membuka beberapa web media yang islamis. Dalam salah satu rubrikasi, ada satu tema yang menarik dan memaksa saya untuk menelisik lebih jauh. Rubrik tersebut bertema (bukan berjudul) “Haramnya Belajar Ilmu Psikologi”.

Terkejut bukan main, karena dalam rubrik konsultasi tersebut, si empunya rubrik secara tersirat menyarankan kepada si penanya yang sedang mempelajari ilmu psikologi umum untuk meninggalkan ilmu tersebut dan beralih mempelajari ilmu psikologi Islam. Alasannya, imu psikologi umum adalah ilmu yang berasal dan dikembangkan oleh Yahudi (Sigmon Freud). Ilmu tersebut, menurutnya bermaksud menjauhkan pembelajarnya dari Tuhan dengan lebih mengedepankan logika semata. Contohnya dalam ilmu psikologi ada yang namanya pskiodiagnostik. Dalam ilmu tersebut kita dapat mengetahui karakter sesorang dari gambar yang dibuatnya. Misalmya, bila Anda adalah seorang muslimah dan menggambar diri Anda lengkap dengan jilbab, maka Anda secara psikologi didiagnosa sebagai manusia yang “tidak mau mendengar orang lain”, karena jelas tidak akan terlihat organ telinga dalam gambar muslimah berjilbab. Selain ilmu psikologi, ternyata ilmu pendidikan pun dikategorikan sama dengan psikologi, yaitu sama-sama “disarankan” untuk ditinggalkan.

Apakah anda sepakat? Saya, tentu saja tidak sepakat karena bagi saya, dan sepanjang pengetahuan saya, ada yang namanya “hikmah”. Definisi hikmah adalah hal yang dimiliki umat muslim yang tercecer dimana saja dan bisa kita ambil untuk kebaikan diri kita. Misalnya, ketika kita tahu bahwa Yahudi adalah umat yang gila sekolah (menuntut ilmu), saking gilanya, dalam jumlah 50 orang penduduknya pasti ada 1 orang yang bergelar doktor. Nah, hikmah yang dapat kita ambil adalah semestinya kita pun mengikuti gilanya Yahudi dalam “menuntut ilmu”.

Pun sama halnya dengan ilmu psikologi, selama kita berniat untuk terus belajar demi kebaikan kita dan masyarakat umumnya. Selama ilmu psikologi tidak membuat kita murtad. Selama ilmu psikologi dan ilmu-ilmu lainnya tidak membuat kita jauh dari Tuhan, kenapa harus dihindari? Toh dengan kemampuan berpikir saya yakin kita dapat memilah dan memilih (menyaring) mana hal yang sepatutunya kita terima dan mana yang tidak kita terima. Meskipun dalam psikologi umum, misalnya, ada yang bertentangan dengan dogma-dogma agama toh pasti tidak semuanya bertentangan dengan dogma dan pasti ada yang bermanfaat bagi seluruh manusia secara universal.

Lagipula, diluar ilmu agama, ilmu model apa sih sekarang ini yang bebas dari pemikiran Yahudi? Harus diakui bahwa ilmu-ilmu umum saat ini banyak yang dikembangkan kaum Yahudi.

Kini saya semakin mengamini sebuah pendapat mengapa saat ini umat Islam semakin mundur? Mengapa dari segi Iptek umat Islam malah berkiblat kepada Barat, padahal sesungguhnya jaman dahulu Islam pernah menjadi kiblat Iptek dengan ilmuwan-ilmuwan sekaliber Aljabar dan Ibnu Sina! Mengapa saat ini negara muslim banyak yang miskin? Salah satu variabelnya adalah dengan adanya “pengharaman-pengharaman” untuk mempelajari ilmu-ilmu, selain ilmu agama. Jadi bila pola pikir mayoritas umat Muslim masih seperti itu, menurut saya, wajar bila hanya dengan jumlah lebh kurang lima juta Yahudi mampu menguasai dunia. Padahal, sesungguhnya bila umat Muslim mampu mengamalkan konsep “tuntutlah ilmu hingga ke negeri Cina”, jangankan Israel , saya yakin dunia pun bisa dikuasai.




dikutip dari http://dumalana.com/2011/07/25/ilmu-psikologi-haram-dipelajari/

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More